Category: Article

Potensi Budget Hotel di Kota Surabaya

Image

 

Selain Sebagai Ibukota Provinsi Jawa Timur, Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Surabaya terkenal pula dengan sebutan Kota Pahlawan karena memiliki nilai sejarah yang tinggi dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Selain sebagai kota yang bersejarah, Surabaya juga dikenal sebagai kota wisata, bisnis, perdagangan, pendidikan, dan industri di kawasan Indonesia Timur, sehingga menjadikan Surabaya sebagai tempat tujuan bagiwisatawan dan pebisnis.

Memasuki tshun 2013, Puluhan Hotel baru, khususnya Hotel dalam tingkatan bintang dua dan tiga bermunculan di kota Surabaya. Deretan nama Budget Hotel seperti Amaris, Harris, Midtown, Fave, CitiHub, Artotel, Hotel 88, Bella, Bekizaar, Whiz, Everbright, dan masih banyak lagi mulai meramaikan persaingan bisnis perhotelan di kota Surabaya. Bahkan Citihub sudah membuka layanan di dua lokasi. Budget Hotel adalah Hotel bintang dua plus yang menawarkan layanan terbatas sesuai dengan kebutuhan si tamu yang menginap. Dalam hal ini tamu hanya membayar yang dipergunakan saja contohnya untuk keperluan mandi seperti handuk, sabun, dan sampo. Kalau tamu perlu fasilitas itu, tinggal bayar atau menyewa. Ada juga fasilitas tambahan seperti televisi, AC dan internet.

Kenapa bisnis Budget Hotel  sangat menarik di mata investor ?  Dari sisi bisnis, Budget Hotel  di Surabaya bisa jadi menggiurkan karena return of investment (ROI)-nya cepat, sekitar enam hingga delapan tahun dengan keuntungan mencapai 40-50 persen. Selain itu, jika hotel bintang tiga untuk sekali investasi minimal Rp100 miliar, investasi untuk Budget Hotel  bisa mulai Rp50 miliar. Selain itu, Budget Hotel Tidak memerlukan lahan luas, dan kamar besar. Cukup di 17 m2 hingga 18 m2, atau rata-rata  20 m2 sampai 24 m2.

Bagi para tamu, Budget Hotel  menjadi menarik karena harga sewa kamar yang lebih murah.Tarif yang dipatok sekitar Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu per kamar. Sedangkan hotel bintang tiga bisa mulai Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu. Okupansi Budget Hotel  sepanjang kuartal satu kemarin sudah mencapai di atas 70%. Bahkan, saat peak season dan long weekend malah bisa mencapai 90%-100%. Adapun lokasi yang menjadi incaran Budget Hotel untuk dibangun adalah lokasi strategis  yang menjadi  favorit para tamu hotel, lokasi ini adalah kawasan sub-urban, kota besar, serta kota-kota kecil yang mencatat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, indikasi strategis dari suatu hotel antara lain infrastruktur jalan menuju dan dari hotel,dekat dengan pusat keramaian serta dengan dukungan system transportasi yang memadai.

Menyadari bahwa Surabaya sekarang telah menjadi kota jasa dan perdagangan Pemkot Surabaya melalui Walikota Hj. Tri Rismaharini mengeluarkan program Surabaya Single Window (SSW), yang merupakan sistem yang dibangun melalui integrasi proses perizinan dengan sistem online. Sehingga tidak ada lagi pandangan bahwa pengurusan perizinan di Surabaya berbelit dan melelahkan. Melalui sistem SSW tersebut, untuk mengurus perizinan hotel cukup 30 hari bila membutuhhkan persyaratan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) tentu waktunya jauh lebih ringkas daripada masih menggunakan sistem non SSW (Unit Pelayanan Terpada Satu Atap) yang membutuhkan waktu 181 hari , tetapi bila hanya membutuhkan Upaya Kelola Lingkiungan (UKL)/Upaya Penataan Lingkungan (UPL), pengurusan izinnya hanya 14 hari saja, dari 80 hari sebelum menggunakan system SSW. Tentunya dengan pengurusan perizinan yang lebih cepat akan membuat investor di sektor  perhotelan semakin bergairah untuk mendirikan hotel di kota Surabaya ini.

Bagaimana kunci sukses dalam menjalankan bisnis Budget Hotel dari sisi manajemennya ? dalam Bisnis jasa perhotelan memang menuntut model kepemimpinan yang mau melayani (stewardship). Pada hakikatnya, tidak beda antara hotel besar atau hotel kecil. Prinsip kepuasan pelanggan (customer satisfaction) keduanya sama saja. Pelanggan hotel pada umumnya menuntut bukan Cuma basic-necessities pada sebuah kamar hotel. Seperti, lantai dan perabot bersih, seprai rapi, dan kamar mandi wangi. Mereka juga mengingkan sentuhan emosional yang bisa membuat mereka terhormat dan tersanjung. Untuk menjamin hal ini terjadi secara berkelnjutan, titik berangkatnya adalah pada mind-set para pengelola hotel dalam model kepemimpinan yang mau melayani (stewardship) pengunjung hotel

Joseph A. Michelli dalam bukunya yang berjudul The New Gold Standard: 5 Leadership Principles for Creating a Legendary Customer Experience Courtesy of the Ritz-Carlton Hotel Company  menyebutkan lima prinsip dasar yang bakal menciptkan pengalaman untuk merasa dihormati dan disanjung bagi para pelanggan :

Prinsip 1 : define and refine
Menetapkan dan mendefinisikan pondasi. Caranya, terus mengkomunikasikan core identity  dan budaya perusahaan. Dalam bisnis pelayanan, jangan ragu untuk membangun budaya perusahaan yang berangkatdari nilai-nilai keutamaan (virtues) yang dianut. Ini dapat menjadi moto bekerja dan untuk terus disosialisasikan.

Prinsip 2 : empower through trust
Merupakan prinsip memberdayakan  dengan mempercayai. Teknik dalam membangun tim adlah select, don’t hire. Ini soal kepercayaan. Excellence akan tercapai jika dimulai dari pemilihan talenta yang tepat. Jelas, ini lebih baik ketimbang menghabiskan waktu memperbaiki kelemahan-kelemahan akibat salah rekrut. Rekrutmen bukan sekedar mengisi lowongan. Rekrutmen seharusnya menjadi proses seleksi untuk mencari orang tertbaik demi pertunjukan kerja yang bisa menjadi contoh bagi semua.

 Prinsip 3 : it’s not about you.
Membangun suatu sikap dalam bisnis yang berpusat pada orang lain. Caranya, dengan membangun basis pelanggan yang loyal dan terikat dengan kita. Hal ini dapat dimulai dengan membangun budaya mendengarkan. Hati dan pikiran kita harus terbuka untuk belajar dari hotel tau industri lain. Peka terhadap suatu pelanggan, dan senantiasa mendukung frontliners. Karena mereka yangnselalu berjumpa dengan tamu hotel. Mereka yang menciptakan moment of truth.

Prinsip 4 : deliver now !
Selalu mencari akal untuk membuat pelanggan sampai mengucapkan : wow ! inilah yang disebut ultimate business experience. Segala kreativitas dan inovasi diarahkan  agar dapat menciptakan impresi luar biasa di hati pelanggan. Tugas selanjutnya adalah turn wow into action, artinya ide tadi bisa kita eksekusi dalam kenyataan  pelayanan. Perlu proses dan sistem manajemen yang mempersatukan dan menggerakkan seluruh bagin perusahaan. Hanya ada satu kesempatan menciptkan kesan pertama, dan harus bisa memanfaatkan sebaik-baiknya.

Prinsip 5 : leave lasting footprint
Tinggalkan jejak langkah yang melegenda. Dalam bisnis jasa yang sarat faktor orang, caranya adalah dengan : aspire, achieve, teach. Selalu berpikir dalam kerangka keberlanjutan (sustainability) dengan dasar kepemimpinan yang mau melayani. Inilah yang akan menciptakan kesan abadi akibat perilaku karyawan kita yang mampu memproduksi servis hebat kepada setiap pelanggan. Pelanggan yang terkesan akan terus kembali, dan bahkan menjadi brand ambassador hotel. Promosi yang paling ampuh adalh word of mouth (getuk tular), suatu hubungan antar manusia.

 

(* oleh Handy Aribowo, Dosen IBMT International University

Memulai Bisnis di Usia Muda

Image

Apakah Anda sedang berpikir untuk membuka usaha ?
Jika Anda sudah melakukannya, atau memilki perencanaan untuk itu, 3 tahun yang  Anda miliki di dunia perkuliahan Anda merupakan hari-hari terbaik untuk mewujudkannya. Kebebasan, stimulasi pengetahuan, waktu bersantai, dan semua kebebasan di masa perkuliahan bisa Anda manfaatkan.

Dan sekali lagi, mereka yang telah menekuni dunia bisnis sejak kuliah mungkin tidak akan merasa berat dalam membiayai perkuliahan mereka, atau tagihan kartu kredit, atau biaya kuliah lainnya, dan sebagainya. Memulai bisnis sendiri sedari kuliah sangat mudah, dan bahkan menyenangkan.

Jika Anda masih dalam duniah kuliah, atau Anda baru saja lulus kuliah, sekarang adalah saat yang paling tepat dan paling memungkinkan untuk memulai suatu Bisnis. Pikirkanlah, Anda tidak akan rugi. Ini tidak seperti saat Anda mempertaruhkan seluruh modal, waktu dan tenaga untuk pekerjaan Anda, dan ini tidak seperti saat Anda harus menghidupi sebuah keluarga.

Kesempatan memulai bisnis sejak kuliah tidak akan mudah didapatkan. Ini adalah kesempatan dimana Anda bebas dan bisa membuat kesalahan.
Sebuah Bisnis tidak harus selalu mahal, dan tidak selalu harus menghabiskan seluruh waktu Anda. Di saat teman-teman Anda menghabiskan waktu mereka untuk berhura-hura, Anda bisa mengarahkan passion yang paling Anda kuasai, untuk mencari peluang dalam berbisnis.

Ini tidak semata-mata hanya untuk uang, memulai sebuah Bisnis akan sangat bagus untuk CV anda ke depannya. Bayangkanlah betapa sebuah perusahaan akan sangat terkesan saat Anda memberitahukan kepada mereka kalau Anda sedang atau pernah membuka sebuah Bisnis. Di saat orang-orang yang baru lulus sulit untuk mencari pekerjaan, memiliki perusahaan akan menambah pengalaman dan pengetahuan Anda yang akan menjadi nilai plus dibandingkan pesaing lainnya.

Jadi, apa yang Anda tunggu? Mulailah!
Sebagai seorang murid, memilih jenis bisnis adalah hal yang sangat penting dan harus Anda pertimbangkan sebaik-baiknya. Anda harus mampu untuk menyesuaikan Bisnis Anda dengan passion Anda, serta kemampuan Anda.

Cobalah hal-hal berikut ini:
1. Freelancing

Mulailah untuk mencari perusahaan-perusahaan yang hebat, dan jadilah freelancer mereka. Anda bisa mempelajari sistem pekerjaan mereka, dan mencari pengalaman sebanyak mungkin.

2. Berbisnis lewat eBay
eBay merupakan pasar online yang sangat berpengaruh. Anda bisa meningkatkan Bisnis Anda melalui eBay, karena tidak ada batas uang yang bisa Anda peroleh. Anda tidak membutuhkan gudang penyimpanan, Anda tidak perlu mengurus shipping, dan bahkan Anda tidak perlu memiliki sebuah took atau lokasi bisnis.

3. Pekerjaan yang Tidak Lazim
Sebagai seorang mahasiswa, Anda memiliki kelebihan tersendiri. Anda bisa memanfaatkan waktu luang Anda untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak lazim dan jarang dilakukan orang lain apa lagi di akhir pekan. Anda bisa menjadi tukang bersih-bersih, bahkan pembawa anjing.

4. Mengajar
Fakta dimana Anda seorang mahasiswa berarti bahwa Anda hebat dalam suatu subjek. Gunakanlah kehebatan Anda untuk mengajari adik kelas Anda. Uang yang bisa Anda hasilkan pun tidak sedikit.

5. Bisnis online
Website merupakan alat paling jitu untuk memulai bisnis. Lihatlah eBay. Anda hanya membutuhkan modal yang sangat kecil, Anda tidak membutuhkan tempat dan bahkan toko, jika Anda tidak memiliki keahlian dalam membuat website, Anda bisa meminta orang lain untuk mengerjakannya. Jika Anda bisa sukses memanfaatkan website untuk menjalankan bisnis Anda, Anda bisa kaya mendadak.

Bisnis jenis apa yang harus Anda mulai ?

1. Mulailah dengan Ide Anda
Membuat ide bisnis sangat simple, jika Anda tahu apa yang harus Anda lakukan. Pikirkanlah apa yang paling bisa Anda lakukan. Jika Anda tahu apa yang harus Anda lakukan, ide dengan sendirinya akan datang kepada Anda.

2. Memiliki mitra kerja, atau tidak?
Walaupun sudah dikatakan sejak awal kalau memulai Bisnis itu mudah, namun memulai Bisnis bisa juga menakutkan. Oleh karena itu, Anda harus benar-benar memikirkan apa Anda membutuhkan mitra kerja atau tidak. Tidak hanya Anda bisa membagi rasa takut itu dengan partner Anda, Anda juga bisa memiliki lebih banyak ide dari banyak kepala.

3. Buatlah sebuah rencana Bisnis
Rencana Bisnis adalah hal paling penting yang harus Anda perhatikan. Saat Anda membuat rencana Bisnis, Anda akan benar-benar mengidentifikasi apa yang paling penting untuk Anda, bagaimana strategi-strategi yang Anda jalani, dan sebagainya. Memang merancang rencana Bisnis itu sulit, membutuhkan waktu dan penelitian yang banyak. Untungnya, saat Anda adalah seorang mahasiswa, Anda memiliki banyak waktu dan sumber untuk melakukannya.

4. Mencari Permodalan
Jika Anda beruntung, Anda akan mampu untuk membiayai bisnis Anda dari modal kuliah Anda yang Anda sisihkan. Jika Anda kurang beruntung, Anda bisa melakukan peminjaman sebagai modal. Anda juga dapat memanfaatkan keluarga, teman dan orang-orang disekitar Anda untuk mendapatkan biaya tambahan untuk modal.

5. Bangun Brand Anda
Saat Anda memulai sebuah Bisnis, akan sangat penting untuk membangung Bisnis Anda. Cara yang paling mudah, sekali lagi adalah menggunakan internet. Buatlah website yang menarik, dan bangunlah brand produk Anda dari social media seperti Twitter, Facebook, dan Linkedln. Akan sangat mudah, dan Anda mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat di seluruh dunia.

 

 

Top 10 Recommended Books for Leaders

Image

 

Have a quick stroll in a bookstore and you tend to be overwhelmed by the dozens and dozens of leadership-related books. It seems like there are really a lot to write about it—from concepts like leadership development and leadership skills to success stories as told by leaders. Often, with plentiful of choices, we’re not sure what to get and read. In this article, we list down the top 10 recommended books for leaders to help you cut through the noise and decide which one to fuel your learning with.

1) The Success Principles: How to Get from Where You Are to Where You Want to Be by Jack Canfield, Janet Switzer

This self-help book features a road map to personal growth in order for you to gain achievements. This coaches you with 64 timeless principles on how to boost and build self-confidence, survive and fight with daily challenges, choose to live with your life’s joy—passion and purpose, and realize all your goals. The key lessons here are to surround yourself with successful people, keep positive thoughts and take full responsibility of everything in your life.

2) How to Win Friends & Influence People by Dale Carnegie

This book teaches you the fundamental techniques on how to be a good leader by knowing how to respond without giving offense or arousing resentment in handling and communicating with different sorts of people. If you think that you’re friendly and influential enough, read this material to even more become an entertaining speaker, conversationalist and stir enthusiasm among your colleagues and “followers.”

3) The Effective Executive: The Definitive Guide to Getting the Right Things Done by Peter F. Drucker

A good leader gets the right things done, as specified in the title. Drucker explains the five classic important practices to follow and apply in order to be get to the results: manage time, set the right priorities, know how and where to utilize your strengths, get to the core of issues and plan your contribution to the organization and combine all these together for best decisions.

4) The 7 Habits of Highly Effective People by Stephen R. Covey

If you’re looking for personal and professional effectiveness, this book is your most rewarding choice. The author takes a writing style that guides you personally through seven habits that will transform the way you think and make you more productive. Covey explores the power of positive thinking, concepts of time management, and qualities to help you grow from being dependent to becoming independent to interdependent in life.

5) Difficult Conversations: How to Discuss What Matters Most by Douglas Stone

As we cannot avoid encountering clashes like difficult talks and negotiations every day, this book teaches us to stay balanced when faced with these trying situations. Stone explores the underlying concepts behind the structure of every challenging conversation and advises us how to defend ourselves without attacking or accusing other people negatively. If you are interested in elevating your communication skills to handle confrontations and such tense situations, grab a copy of this book.

6) The One Minute Manager by Kenneth H. Blanchard and Spencer Johnson

This book was written over two decades ago but still it proves to be a timeless piece, for those in the workforce especially those overseeing with managerial capacity. Concisely, it speaks of management techniques on how to increase your personal prosperity, job satisfaction and productivity.

7) Eat That Frog!: 21 Great Ways to Stop Procrastinating and Get More Done in Less Time by Brian Tracy

Want to conquer procrastination? Tracy tackles about your potential to overcome that laziness and motivates you into developing a habit that makes you accomplish more things than other people with less effort. Using advanced methods such as NLP and Alpha programming, this book conditions you to think that a consistent change in your behavior becomes a habit after doing it for 21 days consecutively.

8) Brain Rules: 12 Principles for Surviving and Thriving at Work, Home, and School by John Medina

Medina basically teaches you how our brain works through science. He provides with clear and interesting explanations on the difference of how men and women think, how we learn, what happens in our brains when we’re stressed and we’re asleep, why we forget things, and the like. Finish the book and you’ll know how to be more productive and effective not only as a leader but as an individual overall.

9) Purple Cow: Transform Your Business by Being Remarkable by Seth Godin

Do things in a different angle and be remarkable. That’s the principal concept highlighted by Godin in this book. In marketing terms, you should practice differentiation of your product or service to get consumers’ attention. Look for innovate and unique business models to showcase a revolution instead of wasting money in advertising.

10) First, Break All the Rules: What the World’s Greatest Managers Do Differently by Marcus Buckingham

The title is certainly appealing. This amazing book tells about the one common denominator that all managers share, and that is the fact that they are not afraid to break the rules and play their personal favorites. Presented are career lessons for managers to improve their direct reports, leverage their strengths and manager the weaker points. After reading the book from cover to cover, you will be more confident in improving your workplace as manager and more importantly, as a leader.

 

24 Leadership Quotes And Lessons From The Avengers Movie

Image

The Avengers is an absolutely amazing movie! Movie favorites Iron Man, The Hulk, Thor, Captain America, along with Black Widow and Hawkeye, are forced to join forces to battle the evil Loki, played by Tom Hiddleston. Loki and his alien forces who have stolen a device called the tesseract which gives its owner unlimited power.  In our heroes’ effort to save the world, the movie teaches us several important leadership lessons.

1.    Engage Young People – Arriving early to get a good seat, I watched First Look which is a 20 minute entertainment program shown prior to the previews.  What I noticed about this specific First Look is that it contained two commercials linking children to the Avengers franchise through toys and apps.  Successful franchises and churches create raving fans at an early age.

2.    The Value Of Time – To fully engage leaders you must respect them by valuing the one commodity that cannot be replaced once it is gone, TIME.  This movie does an incredible job of giving seven super-heroes adequate screen time.

3.    Limit Exposure – The tesseract created a portal to another universe.  The problem comes in that not only do we have access to the other universe, it has access to us.  Successful leaders guard their hearts, their vision, and their organizations and limit potentially damaging exposure.

4.    “Until the world ends we will act like it spins on.” – As Loki’s reign of terror was becoming a serious threat, Nick Fury played by Samuel L. Jackson said these words to bring stability and a sense of direction.  This is a best practice of all leaders during uncertain times.

5.    “I am burdened with glorious purpose.” – Though misguided, Loki’s words are an accurate reflection of all leaders who have a desire to do something significant with their lives and influence.

6.    “An ant has no quarrel with a boot.” – Loki reminds us that effective leaders recognize things they can control vs. things they cannot.

7.   “War isn’t won by sentiment.  It’s won by soldiers.” – Al Capone once said, “You can get farther with a kind word and a gun than a kind word alone.”  Leaders understand that effective vision requires additional resources.

8.    “Trying to get me back in the world?” asks Steve Rogers a.k.a. Captain America.  “Trying to save it” responds Fury – Leaders understand that the answer to every problem is a person.

9.    “Looks like Earth might need something a little old-fashioned.” – When trying times come, a return to the fundamentals is often the best course of action.

10.    “We need a plan of attack.” – Rogers  “I have a plan – ATTACK!” responds Tony Stark played by Robert Downey Jr.  Leaders are people of action and make things happen.

11.    “Your world is in the balance and you bargain for one man.” – While trying to rescue Hawkeye, Loki says these words to Black Widow, played by Scarlett Johansson.  These words resonated with me because if I was the only person on earth, Jesus would have died for me.

12.    “We’re (not) a team…We’re a time bomb.” – Leaders understand that chemistry is just as important as competence.

13.    “You people are so petty…and tiny.” – Thor, played by Chris Hemsworth, reminds leaders that they are rendered small when they act petty.

14.    “You lack conviction.” – Leaders will ultimately fail when they do not completely own the vision they have been given.

15.    Present An Urgent Need – High capacity leaders “need a push” to assemble their collective efforts.  Because their time is limited, leaders must be presented with an urgent need to fully engage them.

16.    Skill To Task – Because of his military background, Captain America handles all logistics and assignments when the climatic battle with alien forces takes place in New York City.  When operating in a team environment, always assign tasks based upon skill.

17.    The Value Of A Team – No single Avenger could have stopped Loki and his army.  However, collectively they were able to achieve their objective.

18.    “I’m always angry.” – Bruce Banner, played by Mark Ruffalo, illustrates that all high-capacity leaders are deeply burdened regarding their calling.

19.    “Hulk SMASH!” – High capacity leaders often only need simple instruction and clear objectives.  The Hulk only needed a single word.

20.    Humor – Near the end of the movie, The Hulk twice did something absolutely hysterical.  There are very few things leaders can do to endear themselves to others more than use humor.

21.    Leadership Is Earned – People follow accomplishment.  The NYPD did not want to follow Captain America’s instructions until he easily dismantled four aliens.  Then they quickly carried out his plans.
 
22.   Opportunities Are Often Disguised As Problems – The use of a nuclear bomb by Iron Man, which had the potential for massive damage, was used for good.  Great leaders see great opportunity where others see a lack of options.

23.    Popularity – Near the end of the film, the response of the rescued public was split over whether they appreciated the efforts of The Avengers.  Leaders cannot carry out their responsibilities for the purpose of acclaim, which is fleeting.  Great leaders focus on life change and significance.

24.    Wonderfully Surprise People – *SPOILER ALERT* – The Marvel movies are famous for having a brief clip at the end of the credits setting up a future film.  The Avengers has a brief clip IN the credits as well as after.

In closing, The Avengers is an absolute blast!  Go see it this weekend and have a great time.

Penelitian: Orang Yang Belajar Ekonomi Lebih Sering Bohong

Image

Tak bisa dipungkiri bahwa hampir semua orang pasti pernah berbohong semasa hidupnya. Kecenderungannya memang berbeda-beda setiap orang. Penelitian menemukan bahwa orang yang belajar ekonomi adalah yang paling besar kemungkinannya untuk berdusta.

Sebuah penelitian menemukan bahwa mahasiswa yang belajar bisnis dan ekonomi lebih besar kemungkinannya untuk berbohong demi keuntungan finansial. Ironisnya, penelitian ini dilakukan oleh 2 orang ekonom bernama Raul Lopez-Perez dan Eli Spiegelman.

Peneliti mengkondisikan agar para peserta diberikan sesuatu apabila berbohong tapi tidak akan mendapat apapun saat berkata jujur. Percobaan ini melibatkan 2 peserta, tetapi hanya peserta pertama yang memiliki kesempatan untuk berbohong.

Teknisnya, peserta pertama diminta duduk di depan layar komputer yang akan menampilkan lingkaran biru atau hijau. Peserta pertama kemudian diminta mengirim pesan ke peserta kedua untuk memberitahukan warna apa yang muncul.

Jika peserta pertama mengatakan bahwa lingkaran yang muncul di layar berwarna biru, maka ia akan mendapatkan uang 14 Euro. Tapi jika mengatakan lingkarannya berwarna hijau, maka ia akan mendapat uang sebesar 15 Euro.

Percobaan ini dirancang sedemikian rupa agar ketika lingkaran biru muncul di layar komputer, peserta pertama didorong untuk segera memutuskan mau berkata jujur atau berbohong dan memberitahukan bahwa yang muncul adalah lingkaran hijau sehingga mendapat uang lebih banyak.

Peserta pertama diberitahu bahwa tidak akan ada yang akan mengetahui apabila ia berkata bohong. Sedangkan pada peserta kedua, tidak peduli dengan apa yang dilaporkan oleh peserta pertama, ia akan selalu mendapat uang 10 euro dan tidak akan tahu apa warna sebenarnya.

Percobaan ini kemudian dilakukan terhadap 258 orang mahasiswa dari berbagai jurusan, termasuk jurusan bisnis, ekonomi, humaniora, bahasa Inggris, ilmu pengetahuan, hukum, psikologi dan lain-lain.

Seperti dikutip dari Mediclal Daily, hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa dari setiap jurusan melakukan kebohongan. Namun yang paling mencolok adalah mahasiswa dari jurusan bisnis atau ekonomi.

Secara khusus, hanya ada 21,9 persen mahasiswa ekonomi dan 23,4 dari mahasiswa bisnis yang berkata jujur saat memberitahukan warna lingkaran. Pada mahasiswa humaniora, yang berkata jujur ada sebanyak 52,9 persen dan mahasiswa hukum sebanyak 52,4 persen.

Para peneliti lalu menyimpulkan bahwa mahasiswa jurusan bisnis dan ekonomi cenderung menerapkan paradigma “homo economicus”. Dalam bahasa awamnya, mahasiswa ekonomi lebih cenderung berbohong dalam penelitian karena memang belajar untuk melakukannya.

bagaimana menurut anda?

Kepada Para Pemimpin Indonesia Masa Depan

Image

 

Handry Satriago
CEO
GE Indonesia
BRI II Tower, 16th Floor
JL. Jend Sudirman No. 44-46.
Jakarta 10210
Indonesia

T +62 21 573 0466
F +62 21 573 0561

Jakarta, 9 July 2012
Kepada para pemimpin Indonesia masa depan
Di manapun Anda berada

Di dunia yang semakin global
Saat saya menulis surat ini kepada Anda, dunia yang saya huni ini mampu
membuat 112 buah mobil dalam 1 menit, menerbangkan orang non-stop
dari Singapura ke New York dalam 18 jam, dan menghasilkan produk
 “Made in The World” seperti celana jeans yg saya pakai sekarang. Karena,
walaupun saya beli di Bandung dan berlabelkan “Made in Indonesia”,
celana ini melibatkan lebih dari 15 negara dalam value chain
pembuatannya.

Malam ini, ketika surat ini saya ketik dengan komputer yang mampu
mengumpulkan 411 juta informasi dalam 0.23 detik untuk pencarian kata
 “leadership”, saya membayangkan keterbatasan mencari pengatahuan yg
dihadapi ayah saya, saat mimpinya untuk sekolah sirna karena perang
yang berkecamuk. Saya memikirkan daya apa yang dimilikinya, sehingga
dia berani mendobrak keterbatasannya dengan merantau dan berjibaku
untuk survive di berbagai kota di Sumatera hingga akhirnya sampai di
Jakarta, Tidakkah dia takut dengan keterbatasannya?
Usianya baru 15 tahun saat itu, dan hidup tidak berjalan seperti yang dia
inginkan.

Saya juga terkenang dengan peristiwa mengerikan yang saya hadapi
sendiri pada tahun 1987, ketika saya tiba-tiba divonis menderita kanker
lymphoma non-hodkin- kanker kelenjar getah bening, yang tumbuh di
medulla spinalis saya dan merusaknya sedemikian rupa sampai saya
kehilangan kemampuan untuk berjalan. Bulan-bulan yang melelahkan
karena harus berobat ke sana ke mari, dan akhirnya berujung kepada
keharusan menjalankan hidup dengan menggunakan kursi roda. Saya
ingat betul betapa takutnya saya untuk menjalani hidup saat itu.

Keterbatasan menghadang di banyak hal.
Usia saya baru 17 tahun waktu itu, dan hidup berjalan jauh dari yang saya
harapkan.

Apa yang bisa dilakukan ketika keterbatasan seakan menjelma menjadi
tembok besar dan ketakutan adalah anak panah berapi yang terus
dilontarkan kepada kita sehingga kita tidak berani maju dan terus
mundur?

Saya, dan mungkin juga ayah saya waktu itu, memulainya dengan
menerima kenyataan. Menerima bahwa jalan tidak lagi mulus, bahwa
lapangan pertempuran saya jelek, dan amunisi saya tidak lengkap.
 “Reality bites” kata orang. Betul itu. Tapi menerima “gigitan” itu berguna
untuk membuat kita mampu menyusun strategi baru. Menghindarinya
atau lari darinya justru membuat kita terlena mengasihani diri kita terusmenerus
dan menenggelamkan kemampuan kita untuk dapat melawan
balik.

Kemudian saya mengumpulkan kembali puing-puing mimpi saya. Tidak!
Mimpi tidak akan pernah mati. Manusia bisa dibungkam, dilumpuhkan,
bahkan dibunuh, tapi mimpi tetap akan hidup. Ketika keterbatasan dan
ketakutan melanda, mimpi kita mungkin pecah, runtuh, dan berserakan,
tapi tidak akan hilang. Dengan usaha keras, kita bisa menyusunnya
kembali, dan ketika mimpi telah kembali utuh, ia akan hidup, menyala, dan
memberikan cahaya terhadap pilihan jalan yang akan ditempuh untuk
mewujudkannya.

Dua puluh enam tahun menjalani kehidupan dengan kursi roda membuat
saya semakin yakin bahwa Yang Maha Kuasa memang telah menciptakan
kita untuk menjadi makhluk yang paling tinggi kemampuan survival nya di
muka bumi ini. Kita diberikan rasa takut, yang merupakan mekanisme
primitif yang dimiliki organisme untuk survive, yaitu keinginan untuk lari
dari ancaman, atau… melawannya!. Ketika pilihannya adalah melawan,
maka perangkat perang telah disiapkanNya untuk kita. Perangkat itu
terwujud dalam kemampuan bouncing back—daya pantul, yang jika
digunakan mampu membuat kita memantul tinggi ketika kita
dihempaskan ke tanah. Kitalah yang bisa membuat daya pantul itu
bekerja. Jika kita tak ingin melawan, perangkat perang tersebut bahkan
tidak akan hadir.

Berpuluh kali, atau beratus kali atau mungkin beribu kali saya diserang
rasa takut ketika menjalani kehidupan dengan kursi roda ini. Ketika
membuat pilihan kembali ke sekolah, ketika menyeret kaki untuk menaiki
tangga bioskop agar bisa menemani wanita pujaan menonton, ketika
memutuskan untuk kuliah, ketika menghadapi 4 lantai untuk bisa
praktikum kuliah, ketika harus menjalani kemoterapi, ketika memulai
bekerja, ketika naik pesawat, ketika akhirnya bisa ke luar negeri, ketika
melamar calon istri, ketika mulai bekerja di GE yang penuh dengan orang
General Electric International Operations Company, Inc.
ketika menerima tawaran untuk mempimpin GE di Indonesia….Saya
takut. Tembok besar berdiri tegak, angkuh, dan ribuan panah berapi
menghujami saya.

Namun seiring dengan rasa takut yang timbul tersebut, mimpi saya untuk
dapat menjalankan dan menikmati hidup menerangi jalan yang ingin saya

tempuh. Dan ketika perangkat perang—semangat untuk memantul, saya
gunakan, saya seakan menjelma menjadi jenderal yang siap perang, yang
didukung oleh ribuan pasukan—keluarga, teman, bahkan orang yang tak
dikenal, yang tiba-tiba hadir karena mereka percaya terhadap keyakinan
saya. Saya maju berperang, dengan keyakinan bahwa peperanganlah
yang harus saya jalani, saya nikmati. Hasil peperangan sendiri tidaklah
terlalu penting, karena kalaupun kalah, toh saya akan berperang lagi.
Kalau mati, saya akan mengakhiri perang dengan senyum, karena saya
tahu saya telah berjuang dengan sebaik-baiknya. Sang Pencipta lah yang
pada akhirnya memilihkan hasil dari perjuangan kita.

Menjadi pemimpin bermula dari memimpin diri sendiri. Mewujudkan
mimpi yang ingin dicapai. Tidak perlu membayar orang untuk menjadi
pengikut. Jika mereka melihat anda dengan penuh keyakinan berani
mempimpin diri anda sendiri, mereka akan mengikuti dan membantu anda
dengan tulus, serta percaya pada kepemimpinan anda.

Saat saya menulis surat ini kepada Anda, dunia tempat saya hidup
sekarang ini menghasilkan pendapatan kotor setahun $70 triliun. Sekitar
40% dari pendapatan dunia tersebut dihasilkan oleh 500 korporasi
terbesar dunia, dan tidak ada satu pun yang berasal dari negara kita (133
dari Amerika Serikat, 79 dari China, 8 dari India). Terdapat sekurangnya
136 negara yang berkompetisi di dunia ini untuk mendapatkan
keuntungan terbanyak dari proses ekonomi global, dan daya saing
Indonesia terukur pada ranking 46. Singkat kata, kita masih belum
menjadi pemeran utama di panggung dunia yang tak berhenti
mengglobal.

Pekerjaan rumah anda sebagai pemimpin Indonesia tidaklah mudah.
Tidak berarti, tembok besar dan ribuan panah api bisa menghentikan
langkah anda untuk berperang.

 

 

 

Ini “Kolak Branded“, Bung!

Image

Ramadhan di Indonesia, barangkali sama semaraknya dengan jelang Natal dan Tahun Baru di Eropa. Bedanya, Indonesia punya kolak. Sehingga selama sebulan puasa, umat muslim bisa berbuka dengan yang manis.

Kolak sejatinya ‘tidak beragama’. Budaya di Nusantara saja yang menjadikannya seolah identik dengan Puasa Ramadhan. Sebelum dan sesudah Ramadhan, entah para kolak itu menghilang ke mana. Dan entah kenapa juga saat perayaan Valentine, ABG kita tidak saling bertukar kolak bertabur cendol merah muda, ketimbang coklat.

Bapak branding dunia, Walter Landor pernah berkata, “Produk dibuat di pabrik. Tapi brand diciptakan di benak”. Harusnya, ini juga berlaku untuk kolak. Sepanjang Papua hingga Aceh, barangkali ada ratusan varian kolak. Kalau tidak boleh disebut ribuan. Lalu bagaimanakah kita bisa membedakan satu dengan yang lainnya? Itulah tugas branding!

Brandpreneur Kuliner

Branding bukan ilmu di awang-awang. Tapi justru ilmu yang sangat membumi. Karena itu, secara umum kita semua pasti pernah mengaplikasi branding, meski mungkin tidak sengaja dan belum menyadari. Demikian pula, para pedagang kolak dadakan, yang bagai jamur di musim Ramadhan.

Sebenarnya mereka telah berusaha membuat kolak selegit mungkin, agar di antara ratusan pedagang lain, dia yang paling nikmat kolaknya. Tempat dagangnya pun dikemas unik dan menarik. Ada yang di gerobak, sepeda, motor, bahkan mobil; dengan beragam hiasan dan tulisan harga. Bahkan ada beberapa yang menambahkan kata-kata lucu untuk merayu calon pembeli. Nah, sayangnya masih ada yang terlewat satu hal yang paling penting: branding!

Coba saja jika kolak tersebut diberi nama. Lalu nama tersebut dijadikan tagar di social media, bayangkan betapa berlipat peluang bisnisnya. Sebar via SMS, BBM, Facebook, atau Twitter, dan bersiaplah menghitung laba bisnis kolak sampai ngiler. Bisa jadi bakal ada ‘sinetron’ baru: Tukang Kolak Naik Haji.

Kolak Branded

Kekayaan kuliner Nusantara, luar biasa. Dan mungkin belum pernah ada yang menginventarisir kekayaan kuliner kita tersebut. Karena itu, “kolak branded” ini hanya sebagai salah satu contoh kekayaan kuliner yang sangat menggiurkan peluang bisnisnya.

Kekayaan kuliner Nusantara yang potensial di-branding pun tidak harus sajian yang dilabeli “masakan khas para raja atau bangsawan”, cukup yang merakyat. Sehingga, branding kuliner Nusantara tersebut akan melibatkan lebih luas lagi manfaatnya di akar rumput. Bagi rekan yang ingin punya bisnis sendiri, ini peluang sangat bagus. Selain kolak, masih ada banyak lagi makanan khas yang masih “kosongan”.

Branding di sini bukan untuk mengklaim bahwa makanan tersebut “hanya milik kita”, tapi untuk memberi nilai tambah. Sehingga punya nilai ekonomis yang lebih baik. Dan tentu saja bisa lebih menyejahterakan. Ingat, air putih di mana-mana sama saja. Tapi begitu ada brand-nya, harga dan kesan di kepala kita langsung beda.

Sumber Daya Branding

Belajar dari fenomena kolak, silakan rekan-rekan bergegas menyiapkan brand startup. Investasi masa depan ada di branding. Jangan sampai setelah kolak jadi produk waralaba yang di-brandingKFC, Mc Donald, Dunkin’ Donuts atau Starbuck, baru kita sadar. Baru kita sibuk demonstrasi menolak klaim kolak oleh bangsa lain.

Barangkali kita masih terus menyesali ‘gunung emas Papua’ dikeruk Freeport. Namun, kita lupa sesungguhnya punya jutaan ‘gunung emas branding’ di kuliner, pakaian, arsitektur, dan produk kreatif lainnya, yang tak kalah kita sesali kalau sampai dikeruk (lagi) oleh bangsa lain. Indonesia tidak hanya kaya sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tapi juga punya sumber dayabranding yang melimpah ruah, tumpah-tumpah!

Baiklah Brander, sore telah menjelang. Para pedagang kolak sudah selesai masak sejak tadi siang. Kini mereka sedang membuka lapak untuk berdagang. Ayo salah satu kita beli dan nikmati. Dan jangan lupa, sempatkan berbagi tentang branding ala “Kolak Branded”. Agar selepas Ramadhan, kita tetap bisa bertemu kolak, sama mudahnya dengan kita berjumpa tempat isi ulang pulsa.

 

Edy SR
Brandpreneur di EDYSR.COM
ide@edysr.com | @edysrid | #brandpreneur